Mutiara Hadist

Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh Selamat Datang Di Blog Seuntai Kenangan

Kamis, 03 Januari 2008

Salah satu perintah membaca, Bacalah !!

"Dari Aisyah ibu orang-orang mu'min ra., ia berkata: "Yang paling pertama (dari wahyu) kepada beliau saw. adalah mimpi yang baik di dalam tidur. Beliau hanyalah melihat seperti sinar shubuh. Kemudian beliau gemar bersunyi. Beliau selalu bersunyi di goa Hira, beliau beribadah disana, yakni beribadah beberapa malam sebelum rindu kepada keluarga beliau dan mengambil bekal untuk itu kemudian beliau pulang kepada Khadidjah. Ia mengambil bekal seperti biasanya sehingga kebenaran datang kepada beliau. Ketika beliau ada di goa Hira, datanglah malaikat seraya berkata: " Bacalah!" Beliau bersabda: "Sungguh saya tidak dapat membaca". Ia mengambil dan mendekap saya sehingga saya lelah. Kemudian ia melepaskan saya, lalu berkata: "Bacalah". Maka saya berkata: "Sungguh saya tidak dapat membaca" lalu ia mengambil dan mendekap saya untuk kedua kalinya kemudian ia melepaskan saya lalu ia berkata: "Bacalah", maka saya berkata : "Sungguh saya tidak bisa membaca", lalu ia mengambil dan mendekap saya yang ketiga kalinya kemudian ia melepaskan saya. Lalu ia membacakan: "IQRO' BISMI RABBIKALLADZII KHALAQ KHALAQAL INSAANA MIN 'ALAQ IQRA' WARABBUKAL AKRAM ALLADZII 'ALLAMA BIL QALAM (Bacalah, dengan Tuhanmu yang menjadikan. Menjadikan manuisia dari segumpal darah. Bacalah, dan nama Tuhanmu Yang Pemurah. Yang mengajar dengan qalam)." "Lalu Rasulullah saw, pulang dengan membawa ayat itu seraya goncang hati beliau, terus masuk pada Khadijah binti Khuwailid, lantas beliau bersabda: "Selimutilah saya, selimutilah saya". Maka mereka menyelimuti beliau sehingga keterkejutan beliau hilang, Beliau bersabda dan menceritakan cerita itu kepada Khadijah: "Sungguh saya takut atas diriku." Lalu Khadijah berkata: "Janganlah, demi Allah, Allah tidak menyusahkan engkau selamanya, karena engkau menyambung persaudaraan, menanggung beban, mengusahakan orang yang tidak punya, memuliakan tamu dan menolong penegak kebenaran." Lalu Khadijah bersama beliau pergi sehingga ia membawa beliau para Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdul Uzza bin Paman Khadijah. Ia seorang yang memeluk agama Nasrani pada zama Jahiliah, ia dapat menulis tulisan Ibrani., dan ia menulis Injil akan apa-apa yang dikehendaki Allah akan apa yang ditulisnya. Ia seorang yang sudah sangat tua dan telah buta. Khadijah berkata: "Wahai putera pamanku, dengarkannlah putera saudaramu!" Lalu Waraqah berkata kepada beliau: "Wahai putera saudaraku, apakah yang engau lihat?" Lantas Rasulullah saw. Menceritakan kepadanya cerita apa yang beliau lihat." "Lalu Waraqah berkata kepada beliau: "Ini adalah wahyu yang diturunkan oleh Allah kepada Musa, wahai sekiranya saya masih muda, sekiranya saya masih hidup ketika kaummu mengusirmu". Lalu Rasulullahnsa. Bersabda: ' Apakah mereka akan mengusir saya?" Ia berkata : "Ya, belum pernah datang seorang laki-laki yang (menbawa) seperti apa yang engkau bawa kecualai ia diberi kebaikan. Jika saya menjumpai masamu maka saya menolongmu dengan pertolongan yang tangguh." Tidak lama kemudian Waraqah meninggal dan wahyu pun fatrah (bersela)"
(HR: Bukhari)
Baca Selengkapnya..

Senin, 23 Juli 2007

Manfaat Sedekah

“Seseorang di antara kalian akan berbicara langsung dengan Tuhannya, padahal di antara dia dengan Tuhannya tidak ada juru bahasa. Kemudian ia melihat ke kanan, tiada terlihat kecuali amal yang pernah diperbuatnya. Ia melihat ke kiri tiada terlihat kecuali amal yang pernah diperbuatnya; dan ia melihat ke depan, tiada yang terlihat kecuali api yang tepat di depannya. Maka hindarilah oleh kalian siksa api neraka walaupun dengan bersedekah saparuh biji kurma” (HR. Bukhari dan Muslim)
Baca Selengkapnya..

Jumat, 20 Juli 2007

Meluruskan Aqidah

Hadist ini adalah hadist Qudsi:"Dari Zaid bin Khalid Al Juhanni ra., ia berkata : Rasulullah saw shalat Subuh untuk kami di Hudaibiyah mengiringi langit malam. Ketika Nabi saw. berpaling, beliau menghadap ke arah orang-orang seraya bersabda : "Apakah kalian mengctahui sesuatu yang difirmankan oleh Tuhanmu ?". Mereka menjawab : "Allah dan RasulNya lebih mengetahui" Dia berfirman : "Dari hambaKu ada vang masuk pagi beriman kepadaKu dan sorenya kafir". Adapun orang yang berkata : "Kami diberi hujan dengan karunia dan rahmat Allah". Itulah yang beriman kepadaKu dan kafir terhadap bintang. Adapun orang yang berkata : "Kami diberi hujan karena bintang ini dan ini"., itulah orang yang kafir kepadaKu dan Iman kepada bintang". (Hadits ditakhrij oleh Al Bukhari).
Baca Selengkapnya..

Rabu, 18 Juli 2007

Meluruskan Shaf Dalam Shalat

Dari Nu'man bin Basyir, ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: "Sesungguhnya kamu sekalian meluruskan shaf-shafmu atau Allah memalingkan antara muka-mukamu."(HR: Bukhari)

Dari Abu Hurairah dari Nabi saw. bahwasanya beliau bersabda: "Imam itu dijadikan untuk diikuti. Karena itu janganlah kamu menyalahinya. Apabila dia ruku, maka rukulah kamu. Apabila dia membaca Sami'allahu liman hamidah, maka bacalah Rabbana laka hamdu. Dan apabila dia sujud, maka sujudlah kamu. Apabila dia duduk, maka duduklah kamu semua. Dan luruskan shaf (barisan) dalam shalat, sesungguhnya meluruskan shaf itu sebaik-baik shalat." (HR: Bukhari)

Dari Anas bin Malik bahwasanya ia datang di Madinah lalu ditanyakan kepadanya: "Apakah ada sesuatu yang kamu ingkari (yakni suatu perbuatan) dari apa saja yang kita semua lakukan sejak hari kamu bergaul bersama Rasulullah saw.?" Ia berkata: "Aku tidak mendapatkan sesuatu perubahan kecuali kalian tidak meluruskan shaf (barisan) pada waktu shalat." (HR: Bukhari)


Dari tiga hadist ditas jelaslah bahwa meluruskan dan merapatkan shaf dalam shalat sesuatu keharusan klo boleh mungkin diwajibkan.

Ada sebuah pengalaman yang berhubungan dengan masalah meluruskan Shaf dalam Shalat.
Kisah ini terjadi di sebuah Kapal Penumpang milik PELNI, di kapal tersebut ada sebuah masjid di dek (lantai) 5, pada saat itu kebetulan jumlah penumpang yang naik sangat banyak sehingga kapasitas masjidpun tidak mampu untuk menampung jamaah yang hendak melaksanakan shalat Duhur pada saat itu.

"Para jamaah dimohon berdiri, tolong isi shaf-shaf yang masih kosong dan rapatkan shaf nya", begitu pengumuman yang disampaikan oleh pengurus Masjid At-Taawun nama mesjid itu. Setelah dilihatnya jamaah sudah merapatkan dan meluruskan Shafnya, "para jamaah silahkan duduk kembali" begitulah pengumuman berikutnya yang di umumkan karena memang waktu shalat belum masuk. Dan akhirnya giliran tiba shalat jamaah sudah siap dengan shaf yang rapat dan lurus.

Ini lain lagi kisahnya ketika shalat di mushola dekat kost (Kontrak Rumah) disaat iqomat telah dikumandangkan jamaah yang hanya berjumlah beberapa orang pun mengambil posisi masing-masing yaitu tepat di tengah-tengah sajadahnya (Karpet yang telah di bentuk seperti sajadah) masing-masing, yang otomatis jarak mamum yang satu dengan yang lainsangat jarang, jika seharusnya shaf itu jika di rapatkan mampu menampung 10-12 orang karena mengikuti sajadah tersebut hanya mampu menampung 5-6 orang saja.

Melihat seperti itu saya mencoba untuk merapatkan shaf sehingga kaki (jari kelingking kaki) menyentuh jari kelingking kaki jamaah samping saya. namun apa yang dikatakan "Mas inikan sudah satu-satu gak usah rapat-rapat dong!", kata jamaah tersebut yang notabene nya dia seorang haji. Bahkan ada salah satu ustad dalam ceramahnya mengatakan bahwa dia suka risih kalau ada jamaah yang shalat sampingnya lalu merapat padanya, dan masih banyak lagi pengalamn yang serupa mengenai hal meluruskan shaf dalam Shalat.


Ya, masalah rapat dan lurus shaf dalam shalat memang banyak kurang perhatian pada kebanyakan (maaf)muslim di Indonesia, dan ini menjadi salah satu keprihatinan kenapa dari hal yang kecil saja kita tidak mampu melakukannya?

Mungkin inilah penyebab tidak bersatunya umat islam dalam satu suara, satu tekad, satu jamaah, dan satu-satu yang lainnya. Terutama dalam menegakkan Kalimat Allah di muka bumi Indonesia ini, karena masih terpecah hati-hati mereka, ini terlihat dari cara-cara ia Shalat.

Bisa jadi ini adalah kurang pahamnya dan atau memang kebiasaan seperti itu sehingga ketika kita mencoba untuk meluruskannya merasa hal yang aneh.

Mari kita luruskan shaf shalat kita dari diri kita, semoga dengan lurus dan rapatnya shaf membuat hati-hati kita tertaut menjadi muslim kaffah. Amin
Baca Selengkapnya..

Kamis, 12 Juli 2007

Tindak Lanjut Syahadat

“Islam dibangun atas lima pilar:
1. Persaksian bahwa tiada tuhan selain Allah, dan Muhammad Rasul Allah.
2. Mendirikan Shalat.
3. Mengeluarkan Zakat.
4. Melaksanakan Ibadah Haji.
5. Berpuasa ramadhan. (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari hadist diatas kita sering mengenalnya denga istilah rukun Islam.
Dengan rukun Islam tersebut menggambarkan bahwa persaksian tiada tuhan selain Allah dan muhammad Utusan Allah (dikenal dengan dua kalimah Syahadat) adalah kunci atau pintu gerbang seseorang yang menginginkan memasuki Islam. Ini merupakan perjanjian antara Allah, Rasul dan kita sebagai pemeluk ajaran Islam.
Seteleh melakukan persaksian (Syahadat) maka tindak lanjut dari itu adalah shalat. Shalat adalah landasan pokok hubungan manusia dengan sang penciptanya dan merupakan aktualisasi makna iman yang bersemayam di Qolbuya. Shalat merupakan perwujudan nyata dari keimanan kepada yang Gaib. Dan Shalat juga syarat tegaknya keislaman seseorang serta menentukan qualitas istiqomahnya kepada ajaran Allah.

Setelah mempunyai landasan pokok yang kuat maka hal berikutnya adalah kewajiban mengeluarkan zakat. Zakat adalah landasan sistem perekonomian Islam dan menjadi tulang pungungnya. Karena sistem perekonomian Islam berdasarkan pengakuan bahwa Allah adalah pemilik asal, maka hanya Allah lah yang berhak mengatur masalah pemilikan, hak-hak dan penyaluran harta. Karena itu merupakan salah satu hak terpenting yang dijadikan Allah di dalam pemilikan bukan seluruhnya, sebagai mana yang di pahami sebagian orang selama ini.

Yang berikutnya adalah puasa Ramadhan yang merupakan simbol pengendalian nafsu dan jalan menuju taqwa. Semua orang berakal menyadari, jika dalam segala hal mempertaruhkan nafsu serakahnya serta dapat mewujudkannya, maka tak pelak lagi kemanusiaan dalam waktu singkat akan berakhir, dan kehidupan ini akan dilanda kehancuran yang mengerikan.

Setelah kita memasuki pintu gerbang sebagi muslim (Syahadat), juga kita mempunyai landasan pokok serta mengaplikasikan dalam keseharian kita berupa Shalat, Zakat, Puasa maka kini giliran Haji yang harus ditunaikan bagi yang mampu.
Haji adalah simbol persatuan umat Islam (Ukhuah Islamiah), tanpa memandang Ras, warna kulit, dan kebangsaan. Karena dasar persatuan kaum muslimin adalah Aqidah, agama dan Syariat Islam. Haji juga adalah simbol yang terbentuk dari berbagai amalan, penyerahan manusia kepadaNya.

Semoga kelima pilar tersebut kita mampu untuk melaksanaknya dengan maksimal. Amin ya Robbal Alamin.

**Ref: Hadist Arbain (Imam An-nawawi), Al-Islam tindak lanjut Shadat (Said Hawwa)

Baca Selengkapnya..

Senin, 09 Juli 2007

Laa Ilaaha Illallah

"Dari Abu Huraidah ra., ia berkata: Saya berkata kepada Rasulullah saw.:"Wahai Rasulullah, siapakan orang yang paling bahagia dengan syafa'at engkau pada hari kiamat?" Rasulullah saw. Bersabda:"Sungguh saya telah menduga Wahai Abu Hurairah agar seorang tidak bertanya kepadaku tentang hal-hal ini lebih dahulu dari padamu karena saya mengetahui kelobaanmu terhadap hadits. Orang yang paling bahagia dengan syafa'atku pada hari kiamat adalah orang yang mengucapkan:"LAA ILAAHA ILLALLAH" (Tidak ada Tuhan melankan Allah) dengan tulus dari hatinya atau jiwanya."
(HR: Bukhari)

Hadis tersebut menggambarkan bahwa orang yang mengakui bahwa tiada Illah selain Allah maka ia akan mendapatkan safaat dari Rasululah saw. Dengan demikian bahwa sangat jelas bahwa hanya orang-orang Islam/Muslim lah yang akan mendapatkan itu.

Namun yang jadi renungan kita adalah sudahkah kita mengucapkan Laa Ilaaha Illallah itu sesuai dengan apa yang Rasululah kehendaki?? yaitu dengan tulus dari hati atau jiwanya?? Jawabannya kembali kepada diri kita masing-masing!

Semoga kita termasuk orang yang tulus dalam mengucapkan Laa Ilaaha Illallah terlebih di saat ajal menjemput sehingga menjadi Khusnul Khotimah (Baik di akhir hayat), dan mendapatkan syafaatnya Rasululah saw. Amin ya robal Alamin

Berikut ini adalah beberapa syarat bersyahadat (Laa Ilaaha Illallah):

1. Berilmu

Salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk bersyahadt adalah berilmu. Firman Allah:" Maka ketahuilah bahwa tiada sesembahan (yang haq) selain Allah".(QS. Muhammad: 19).

2. Yaqin

Dalil mengenai yakin adalah firman Allah: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian tidak ragu-ragu dan berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orng-orang yang benar"

3. Ikhlas

Firman Allah SWT dalam Al Quran Surat Az Zumar ayat 3: "Ingatlah hanya bagi Allah agama yang murni (dari kesyirikan dan penuh keikhlasan". (QS AZ Zumar: 3)

4. Shidq

Alif laam miim, Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?, Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta". (QS Al Ankabut :1-3)

5. Mahabbah (Cinta)

Firman Allah:
Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah.

6. Inqiyad (Tunduk)

Landasannya adalah Firman Allah:
"Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya". (QS An Nisa: 65)

7. Qabul (Menerima)

"Dan demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi peringatanpun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: "Sesungguhnya kami mendapati bapak- bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka". (Rasul itu) berkata: "Apakah (kamu akan mengikutinya juga) sekalipun aku membawa untukmu (agama) yang lebih (nyata) memberi petunjuk daripada apa yang kamu dapati bapak-bapakmu menganutnya?" Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami mengingkari agama yang kamu diutus untuk menyampaikannya. Maka Kami binasakan mereka maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu." **Pocket Agenda Muslim (Qisty)

Baca Selengkapnya..